Sunday, September 11, 2011

My Hobby is Being a Stalker

Entah kenapa pekerjaan yang satu ini cukup membuat hati saya puas. Ini berawal dari permintaan database oleh para mahasiswa baru Teknik Grafika dan Penerbitan PNJ 2011. Dari baris atas saya mengisi pertanyaan yang biasa-biasa saja, seperti nama, tanggal lahir, alamat, dan lain-lain. Tapi menjelang baris-baris bawah, saya harus mengisi tentang hobi saya. Saya pun berpikir untuk mengisi hobi yang berbeda dengan yang lainnya. Terlintas satu kata,
Do Stalking.
YA! Ini memang benar-benar hobi saya! Hobi yang benar-benar jujur dari hati tanpa memikirkan apakah hobi ini terlalu frontal untuk dipublikasikan kepada mereka atau tidak. Hal ini memang sudah sering saya lakukan semenjak saya duduk di bangku SMP, di saat anak-anak seusia saya belum tertarik untuk online via hp, karena mengerti hanya mengerti online lewat komputer. Pada saat itu, saya suka mendownload macam-macam dan saya pun juga suka browsing lewat browser asli. Karena dulu saya lebih banyak beraktivitas dengan hp, saya pun suka membuka profil teman-teman friendster saya. Jika ada obrolan menarik yang mereka bicarakan dengan temannya yang tidak saya kenal, saya tidak segan untuk membuka profil temannya itu dan mencari-cari komentar yang dikirimkan oleh teman saya. Dan itu tidak tanggung-tanggung, saya bisa mencari komentar mereka hingga page ke 10 hihi. Tanpa harus menanyakan mereka apa yang sedang terjadi, saya sudah bisa mengetahui apa yang mereka bicarakan dengan sendirinya.

Hal itu terus berlanjut hingga detik ini. Ketika komentar friendster berubah menjadi wall to wall facebook, ketika wall facebook berubah menjadi timeline twitter. Jujur saja, orang-orang yang menggunakan tombol RT (yang seharusnya digunakan untuk Retweet, bukan reply tweet) sebagai cara untuk membalas mention, merupakan sasaran empuk para stalker (termasuk saya) kadangkala kami ingin mencari informasi tentang yang mereka bicarakan hihi. Sempat terpikir di benak saya untuk menjadi seorang detektif, daripada skill saya yang satu ini terbuang sia-sia HAHA -______-"

Kalau dulu sewaktu saya masih duduk di bangku sekolah saya sering sekali buka-buka 'halaman mereka', di usia yang tidak muda lagi (18 tahun maksudnya), saya sudah mulai untuk membatasi pekerjaan-kurang-kerjaan-saya. Sekarang saya hanya sering membuka-buka halaman orang yang penting untuk saya, karena sudah cukup lama juga kan saya menjadi seorang stalker? Dan luapan emosi yang saya keluarkan juga tidak se-berlebihan waktu saya masih menjadi ababil ehehe.

Being a stalker sebenarnya adalah pekerjaan yang kurang kerjaan dan tidak baik, karena hal ini sama saja dengan mengungkap privasi orang. Tapi mau bagaimana lagi, dunia maya itu tidak ada yang privasi, kawan. Berani memposting sesuatu, berarti siap menanggung resikonya kan kalau ada orang lain yang iseng menjadi 'pembaca setia'-mu :)

Mending wall facebook, kalau si orang tersebut memasang status update frontal, siapa sih yang tidak kepingin tahu tentang apa yang terjadi dengan si pembuat status? Karena dia secara tidak langsung memamerkan apa masalahnya dan ingin semua orang tahu tentang masalahnya. Nggak enak kan kalo semua orang tahu apa masalah pribadimu? So, bijaklah dalam memposting sesuatu. Filter kata-katamu, mana yang cocok untuk dipublish di dunia maya atau tidak. Kalau memang rahasia, fasilitas direct message ada kok untuk menampung pembicaraan pribadi kalian. Oke? ;)