Monday, February 18, 2013

GombalGembel

Sudah beberapa bulan terakhir ini saya punya hobi baru. Hobi yang biasanya dikerjakan oleh kaum Adam dalam merayu kaum Hawa, yaitu gombal. Kalo kata KBBI sih gombal itu artinya omong kosong atau omongan yang tidak benar. Tapi gombal itu nggak selalu-selalu-selalu buat omong kosong, terkadang beneran kok, cuma kata 'hahaha' selalu diletakan setelahnya. Di realitanya, kalo mau liat yang gombalannya beneran tulus dan nggak dibuat-buat itu.... ya liat aja sorotan matanya. Mata nggak bisa boong, kan? :)

Tiap orang punya cara yang berbeda dalam menghadapi serangan gombalan. Selama saya menjalani hobi ini, beragam respon saya terima. Mulai dari ngegombalin balik, kegirangan, malu-malu, salah tingkah, atau malah pahitnya, langsung bilang, "Najis.". But never mind! Respon orang memang berbeda, tapi selama masih ada yang terhibur, kenapa harus memikirkan yang 'keganggu'? :)

Tujuan gombal apa sih? Ya cuma untuk bercanda aja kok. Buat mencairkan suasana yang udah kaku kayak kanebo kering. Inspirasi gombal pertama kali itu didapat dari lawakan, "Bapak kamu....." yang biasa kita lihat di salah satu televisi swasta. Sungguh, menurut saya orang yang suka menggombal itu pintar lho, asalkan gombalan mereka nggak mengandung SARA atau nyerempet-nyerempet ke fisik. Orang yang suka bercanda dengan melemparkan gombalan-gombalan itu bisaaa aja merangkai kata-kata dalam waktu yang sangat cepat, spontanitas tanpa skrip! Terlebih kalau yang mendengar bercandaannya itu bisa tertawa, karena emang lucu dan berbobot. Kasih nilai plus plus deh!

Kalo saya udah skakmat karena nggak bisa gombalin balik, biasanya kata yang sering saya keluarkan itu, "Aaaa ga kuat :')". Setidaknya kalimat itu masih lebih bikin orang yang ngegombalin merasa dihargai dibanding, "Terus gue harus bilang wooow, getttoooh?". Aduh pelis itu abegeh banget. Pernah tau kan rasanya pengen ngelelepin orang ke dasar laut? :))

Yuk, jangan cemberut terus. Angkat kedua ujung mulutnya ke atas. Senyum!

Saturday, February 2, 2013

The Pra-Internship Story

Nampaknya sudah cukup lama aku tidak mengetikan huruf demi huruf, kata demi kata, hingga membentuk kalimat-kalimat yang bahkan aku tak tahu itu puitis atau hanya sekedar kalimat curhatan ecek-ecek yang kuposting dalam catatan harian online ini. Postingan terakhir terkirim pada bulan Juni tahun 2012 dan sekarang tahun pun telah berubah menjadi 2013. Bukan bermaksud sok sibuk, namun untuk mengumpulkan mood untuk mengisi catatan harian online itu sulit. Kalo bahasanya anak gaul, skip deh.

Selama renggang waktu Juni 2012 hingga sekarang, Januari 2013, aku disibukan dengan kesibukan berbeda dengan postinganku sebelumnya. Seperti yang telah kita ketahui, mahasiswa D3 memiliki jangka waktu kuliah yang lebih pendek daripada mahasiswa S1, jadi ketika mahasiswa S1 punya masa semester 5 yang duduk manis dengan tenang di bangku perkuliahan, mahasiswa D3 (khususnya jurusanku) sudah mulai disibukan dengan kegiatan PI (Praktik Industri). Kalo yang lainnya (mayoritas) pas liburan semester 4 (Juni 2012) lagi menikmati masa liburannya, tak akan kuulangi perbuatan bodohku dengan membuang-buang waktu di rumah seperti liburan-liburan sebelumnya.

Magang! Biar bagaimanapun caranya, aku harus magang di liburan semester 4. Singkat cerita, aku coba untuk magang di sebuah agensi desain di kawasan Kebon Baru, Jakarta Selatan. Satu bulan kuhabiskan waktu disana bersama Nisfi, teman sekelasku. Saat kami magang berdua disana, kami selalu sibuk dengan cerita kami, hingga kami lupa untuk bersosialisasi dengan orang lain disana. Kupikir hal ini terjadi karena kami disini magang berdua, oleh karena itu, di magang-magang berikutnya kami akan berpisah, sendiri-sendiri, agar kami berkembang.

Seselesainya magang di agensi tersebut, aku disibukan dengan aktivitas Sosjur (Sosialisasi Jurusan). Disana aku yang sebenarnya belum begitu dewasa pura-pura menjadi Komdis (Komisi Disiplin), dimana tugas komdis adalah menegur kesalahan-kesalahan para mahasiswa baru saat ospek. Seru lho, pasang tampak terjutek terus sambil melotot hihihi.

Sosjur selesai, masuklah kuliah semester 5 yang hanya satu bulanan itu. Sekitar bulan Oktober aku sudah mengikuti masa UAS disaat yang lainnya masih UTS. Pelajaran tiga mata kuliah di semester 5 dipadatkan menjadi setengah semester saja. Setelah itu waktunya praktik industri. Disaat masa kuliah semester 5, aku merasa jiwaku sudah tidak lagi di kampus. Hanya praktik industri yang ada di pikiranku. Mempelajari hal baru, masuk ke agensi periklanan, itu impianku, banget! Kuliah semester 5 seakan hanya lewat begitu saja. Setiap harinya aku mencari agensi mana yang akan dengan rela menampung anak magang. Mempercantik CV, mengumpulkan dan merapikan portfolio, semua sudah kustrategikan sebelum yang lainnya memikirkan hal ini. Di otakku hanyalah, "Pokoknya tanggal 1 November harus udah mulai magang, gimanapun caranya. Nggak boleh telat. Harus sampai 3 bulan."

Telepon sana sini serta menyebar CV dan portfolio ke beberapa agensi periklanan sudah menjadi mainanku sedari awal Oktober. Delapan nama agensi kukirimkan, namun hingga H-2 minggu tak ada yang kunjung memanggilku untuk diinterview. Belum lagi ketika mendengar beberapa temanku yang baru mengirimkan CV kemudian esoknya langsung dipanggil interview. Kacau balau pikiranku. Tak ingat lagi sudah berapa mililiter air mata yang menetes dari mataku. Terus kuberpikir, mengapa sesulit ini? Apa portfolioku sungguh tidak menarik perhatian agensi-agensi tersebut? Dosa besar apa yang telah kuperbuat hingga sefatal ini?

Hari itu, Senin 15 Oktober 2012, aku bercerita kepada kedua orangtuaku. Hingga kumeminta didoakan oleh mamaku. Mama bilang kalau tanpa kuminta juga beliau pasti akan selalu mendoakan. Semakin mengalir deras ketika ibunda berkata seperti itu. Dan papa bilang, "Coba, kamu udah amal belum? Kalo kamu belum amal juga doa mama bakal macet di kamu". DEG! Jadi kapan ya terakhir kuberamal?

16 Oktober 2012, pagi itu aku merenung lagi. Di kereta ekonomi tujuan Bogor, seorang tua renta lewat didepanku. Aku tidak ingat betul bagaimana bentuk orang tersebut, yang jelas aku ingat kata papa, jangan lupa beramal. Hap! Kumasukan uang recehku ke dalam kantongnya. Kalau tidak salah, yang meminta ialah bapak-bapak tua (yang maaf, cacat) yang membagikan tabel seperti amplop untuk pembangunan masjid, dan ketika telah ada yang beramal, dia akan mendoakan kita. Aku tak terlalu memikirkan hal itu kemudian.

Jarum jam terus bergulir. Siang harinya aku bergegas pergi ke rumah eyang untuk membantunya membereskan proyek bukunya. Ingat betul waktu itu kereta ekonomi jam 1. Kereta yang lumayan penuh penumpangnya. Kemudian ketika sudah di Pasar Minggu, aku mendapatkan tempat duduk, kulihat hpku terus bergetar. Kupikir panggilan interview, ternyata teman sekelasku.

Siang itu panas amat terik. Untuk pergi ke rumah eyangku, aku membutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk menunggu Kopaja. Tidak ada pohon rindang untuk berlindung, karena di stasiun Tebet sangat penuh dengan tukang ojek. Seturunnya dari Kopaja, aku harus berjalan lagi menuju rumah eyangku. Sungguh terasa cobaan hari itu.

Sesampainya di rumah eyang, aku meminjam telepon untuk menghubungi agensi yang terakhir sekali kukirimkan CVku dengan maksud melaporkan kalau CV telah kukirimkan. Baru saja tersambung dengan HRD, tiba-tiba hpku memberikan notifikasi kalau ada panggilan dari nomor yang tidak kusimpan di hpku. Sontak bingung memegang dua telepon dalam satu waktu, maka kumeminta izin untuk mematikan telepon dengan HRD tersebut.

Dan hey! Ketika kuangkat, ini nomor telepon dari salah satu agensi yang benar-benar kufollow up, salah satu agensi yang kuletakan harapan. Ternyata apaaaa? Ini panggilan interview! Kenapa aku? Kenapa aku yang dipanggil? Padahal pada 15 Oktober 2012, dikatakan bahwa cukup banyak yang mengirim CV kesini dan kuota anak magang yang dibutuhkan hanya 1. Ketika mendengar kalimat tersebut, aku langsung mundur dan bergegas mencari agensi lainnya. Dan pada 16 Oktober 2012, Talita Leoni Rizkitysha berhasil dipanggil interview. Baru diinterview lho padahal. Masih ada saingan empat orang lagi untuk mendapatkan dua posisi magang lho padahal. Tapi gimana ya.. Langsung diijabah gitu doanya. The Power of Amal itu yang kayak begini, ya? :')

Singkat cerita, interview berlangsung di hari Jumat, 20 Oktober 2012. Untuk menuju agensi satu ini, butuh waktu untuk tersasar. Ketika tiba disini, terserah deh mau dibilang norak apa gimana, tapi-kantor-ini-keren-banget-pake-T. Interiornya bener-bener beda dari agensi tempat magangku sebelumnya. Ada kolam renangnya. Penuh dengan kaca-kaca. iMac semua. Wuiiiih. Fix norak.
Interview berlangsung di Virtual Room. Ah terlalu banyak ekspektasi, virtual room bukan seperti ruang angkasa. Di dalam sana sudah menunggu dua lelaki yang akan menjadi interviewerku. Nggak ada tampang Indonesia sama sekali. Yang satu agak kebule-bulean bermata sipit, yang satu lagi terlihat seperti benar-benar turunan Tionghoa. Wow. Nama mereka ialah Jhon dan Eric. Makin malu-maluin deh aku ini, udah bawa printilan portfolio seukuran A3 dibungkus plastik dan tas parasut yang bisa dilipat, yang bahkan sebelum berangkat dibilang sama dosenku seperti mau jualan. Dikritik habis-habisan sama dosenku. Minder semakin-makin.
Ada beberapa pertanyaan yang mereka ajukan padaku. Dan salah satu hal bodoh yang aku tanya pas disuruh mengajukan pertanyaan pada interviewer itu aku nanya, "Ini angkutan yang lewat sini apa aja ya?" Bener, ini bener-bener pertanyaan yang nggak kece. Ketahuan ngeteng. Segala menjelaskan sejarah kampusku, Politeknik Negeri Jakarta, lagi. Itu bener-bener nggak penting. Pertanyaan-pertanyaan bodohku ini membuat hari libur weekendku menjadi galau, dimana seperti yang dijanjikan, pengumuman interview itu hari Seninnya, 22 Oktober 2012. Kenapa sebodoh itu sih sampai menjelaskan asal-usul PNJ, memang mereka peduli? -_-

Hari pertama UAS, Senin, 22 Oktober 2012, saat selesai UAS. Di kala itu, aku sedang story telling dengan teman-teman sekelasku tentang segala kebodohanku saat interview. Mereka mengelilingiku dan menyarankan untuk tetap memperhatikan ponselku. Baru aja diberi kritikan itu, hpku berbunyi. Aku segera ke pojok kelas, mundur dari hadapan teman-temanku, dan mengangkat telepon tersebut. Kabar baik, aku lolos interview. Muka yang tadinya tegang menjadi sedikit lebih tenang. Another problems, pas ditanya, "Kamu bisa nggak kalau harus pegang proyek dan pulangnya jadi agak lebih malem?". D I L E M A.