Thursday, December 12, 2013

Saya mau jadi anak ahensi.

Saya bingung, kenapa semenjak saya masih duduk di bangku kuliah, saya sangat mengincar untuk kerja di ahensi (agensi periklanan). Ketika beberapa teman-teman saya, baik dari jurusan yang sama ataupun jurusan lain mengincar untuk bekerja menjadi PNS atau di BUMN, ketika yang lainnya ingin masuk ke tempat besar seperti Kompas, atau pergi ke majalah, saya tidak mengikuti euforia tersebut. Padahal saya tahu, sepanjang saya menjadi anak magang di ahensi, kehidupan di ahensi itu nggak jauh dari kata zombie. Pergi pagi, pulang pagi. Kerjaan pun sering tak terkontrol. Dimana kita jadi client service, ya se-24 jam yang kita miliki itu buat memberikan service ke klien. Mereka minta deadline malam ini, ya malam itu kita harus selesaikan juga. Saya ingat betul masa-masa saya melotot karena terlampau kaget ketika mendengar newsletter katalog salah satu bank yang penuh dengan angka dan gambar (tiap bulannya harus diganti, kak!) sangat kecil itu harus selesai dalam satu hari. Padahal belum masukin gambarnya, ngepathnya (menghilangkan background dan kemudian backgroundnya menjadi transparan), mindahin kata-kata dari tabel klien ke newsletternya, eh revisinya apalagi. Waktu itu saya masih jadi anak magang, jadi saya masih bisa berlega hati karena saya hanya bertugas sebagai 'pembantu' para art director yang mengalami kesusahan. Tapi sekarang? Apa iya saya akan terus-terusan terjebak dalam kenyamanan anak magang?

Btw sejujurnya saya udah kerja. Udah dari November-ceria-milik-kita-bersama saya punya occupation baru. Bukan anak magang lagi, bukan freelancer lagi, tapi saya udah jadi graphic designer di salah satu event organizer. Kalo ditanya nyaman, saya akan jawab nyaman, lengkap dengan bangetnya. Seumur-umur saya nggak pernah ngerasain kenyamanan seperti ini. Saya nggak terjebak dengan kegilaan jalanan Jakarta yang terkenal macetnya hingga ke ujung dunia, iya, saya naik kereta, cuma 5 MENIT dari stasiun dekat rumah karena hanya cukup melewati 3 stasiun saja. Dari stasiun ke kantor saya hanya butuh jalan kaki sekitar 10-15 menitan. Itu kalo saya lagi pelit. Terkadang kalo saya lagi sok kaya, saya naik kendaraan umum dan butuh waktu cukup 5 menit. Gimana dengan makanannya? Saya bawa bekal dari rumah. Porsi makan pagi dan makan siang saya bawa semua ke kantor. Jajan? Itu cuma ada kalo saya laper banget dan kekurangan porsi perbekalan. Saya nggak bisa ngebayangin kalo ongkos kereta masih 8000, pasti saya nggak akan naik kereta dan memilih moda transportasi lain dan menelan pahit-pahit kemacetan Jakarta. Oh ya, bagaimana dengan pekerjaan di kantor saya? Saya nggak menemukan overload-to-do-list di sini. Alhamdulillah saya malah bisa mencari uang tambahan dari keisengan saya mengikuti situs crowdsourcing dalam hal desain mendesain. Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?

Tapi... iya, masih ada kata tapi. Manusia emang nggak pernah punya rasa puas. Udah dikasih enak, masih aja mau yang lebih lagi. Oke, balik ke topik. Tapi jiwa saya yang menggebu-gebu ingin menjadi bagian dari kreatif di advertising agency terus meronta-ronta. Saya menganggap masuk ahensi itu tantangan dan kecil kemungkinan kalo desain saya akan downgrade. Di sana banyak orang-orang hebat dengan skill yang oke punya, karena bukan orang sembarang yang bisa berhasil 'nyemplung' ke dalam dunia ahensi. Mindset yang ditanamkan oleh salah satu senior saya di kantor magang iklan dulu itu telah sangat tertanam di pikiran saya dan itu cukup dalam. Mbak Raina pernah bilang, "Soalnya kalo di sini (di kantor magang saya) bisa belajar semuanya. Bisa pegang proyek desain dalam bentuk apapun." sambil menggoyang-goyangkan tangannya. Portfolionya memang cukup beragam di kantor magang saya dulu. Bahkan dapat dikatakan fleksibel untuk jenjang karir setelah keluar dari sana.

Saya nggak nemuin ini di sini (event organizer). Saya nggak tau apa saya yang terlalu cepat mengambil kesimpulan apa enggak, tapi sejauh ini saya merasa di sini ya semuanya senada. Setiap ada proyek, pasti desain yang dibuat ya itu lagi itu lagi, nggak jauh dari poster, stage, invitation, kostum, backdrop, photo booth, sama paling konsep acaranya. Kalo saya terlalu lama di sini, saya takut kemampuan desain saya akan menjadi nggak berkembang. Dan hal paling terparno yang saya pikirkan adalah ketika interview berikutnya ditanya, "Kamu ngerjain apa aja disana? | Loh dalam waktu selama itu, kamu cuma ngerjain itu aja?" Duh.. keparnoan saya emang keterlaluan ya, padahal umur saya masih 20, masih ada banyak waktu untuk bereksplorasi, tapi kenapa saya maunya semua serba cepat dan as-soon-as-possible? Belum lagi saya kan masih kuliah ekstensi yang waktu kuliahnya seperti kelas karyawan, di hari Jumat malam dan Sabtu aja. Belum lagi skripsinya, kejar-kejaran sama dosen pembimbing.

Ada kalanya dalam hidup kita harus memilih, yang manakah yang harus didahulukan, ego atau realistis? Ikuti impian sekarang juga atau mengalah sebentar saja?

Saya pasti berkembang. Dalam waktu 8-9 bulan lagi, terima saya menjadi bagian dalam tim kalian, ya, kakak-kakak ahensi.

Bismillah.

Rizkitysha,
Calon Art Director.
15/12/2013.